Jakarta – Aksi Kamisan yang sudah berlangsung sejak 18 Januari 2017 lalu kini berusia genap 17 tahun. Aksi ini merupakan sebuah aksi yang dilakukan setiap hari Kamis di depan Istana Kepresidenan yang tujuannya agar kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia segera diusut tuntas. Aksi ini biasanya dilakukan selama satu jam yang dihadiri dari kalangan keluarga korban pelanggaran HAM, mahasiswa, hingga masyarakat umum dengan memakai pakaian maupun atribut serba hitam.
Baca Lagi: Kemana Masa Depan Indonesia?
800 kali aksi Kamisan sudah digelar demi menuntut penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia seperti, Tragedi Semanggi, Trisakti, Tragedi Mei 1998, Peristiwa Tanjung Priok, dan Peristiwa Talangsari. Namun nampaknya hingga kini belum ada tanggapan serius dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus yang menggantung itu.
Salah satu pelopor Aksi Kamisan ini adalah Suciwati. Ia merupakan seorang aktivis sekaligus istri dari seorang aktivis yang tewas dibunuh pada 2004, yaitu Munir Said Thalib. Hingga kini kasus pembunuhan Munir belum juga terungkap.
Menjelang Pilpres 2024 ini, Aksi Kamisan kerap kali diisukan untuk kepentingan politik. Namun Suciwati tidak khawatir dengan anggapan itu. Sebab menurutnya, dirinya akan konsisten menolak keras siapapun pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang dianggap sebagai pelaku pelanggaran HAM berat.
“Kita dari dulu memang melawan. Nggak perlu khawatir soal digunakan untuk politik. Kita memang konsisten menolak Prabowo. Siapa pun, bahkan. Bukan hanya Prabowo tapi semua capres-cawapres pelaku pelanggaran HAM ,” kata Suciwati melansir laman BBC News Indonesia.
Para keluarga korban yang hadir dalam aksi Kamisan ini berharap presiden berikutnya membuat isu HAM ini menjadi arus utama yang akan diselesaikan secara serius hingga tuntas.
Discussion about this post