Warganet alias netizen di Asia Tenggara ikut berperang melawan Israel di dunia maya. Hal ini diketahui dari gerakan online #JulidFiSabilillah dengan cara doxing dan cyberbyullying ke anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Doxing adalah menyebarluaskan informasi pribadi secara publik terhadap seseorang individu atau organisasi di internet. Sehingga kabarnya, nomor ponsel dan WhatsApp(WA) tentara Israel disebarluaskan secara online dan memungkinkan warganet pendukung Palestina di Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia mengirim spam ke akun tersebut dengan komentar, pesan, dan panggilan.
Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen Julid Anti-Israel Erlangga Greschinov menjelaskan soal gerakan tersebut dalam akun media sosialnya. Unggahan pertama gerakan Julid Fi Sabilillah ini adalah membagikan akun media sosial tentara IDF pada 16 November 2023. Hal ini diklaim berdampak. Beberapa tentara Israel telah menutup komentar di Instagram mereka, sementara yang lain kehilangan akun mereka.
Julid FiSabilillah sendiri adalah pelesetan dari istilah “jihad fi sabilillah” atau berperang di jalan Tuhan. Julid diambil dari bahasa kekinian yang artinya bergosip atau membicarakan orang lain dengan nada negatif. Erlangga mengklaim, beberapa warga Malaysia telah bergabung dengan gerakan ini, padahal fokus utamanya adalah memobilisasi dan mengkoordinasikan netizen Indonesia.
Erlangga mengaku tidak khawatir mengenai kemungkinan adanya tindakan hukum terhadap dirinya di masa depan. Sebab, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan justru menantang dan mempersilakan warga Israel yang merasa terancam oleh gerakan mereka, untuk mendatangi langsung dan melakukan proses hukum terhadap Julid FiSabilillah. Dia juga mengunggah tujuh teknis untuk bergabung dengan gerakan tersebut. Salah satunya mengingatkan yang dilawan adalah Zionisme dan Israel, bukan Yahudi. “Kalau ada orang Yahudi pro-Palestina yang gak salah apa-apa lo serang juga, lo bukan bagian dari #JulidFiSabililah.”
Discussion about this post